Rabu, 12 Juni 2013

AKAR KUCING ( ACALYPHA INDICA )


 
Akar kucing merupakan gulma yang sangat umum tumbuh liar di pinggir jalan, maupun di lereng gunung. Herba semusim, tinggi tegak 30-50 cm, bercabang dengan garis berambut halus. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak tersebar. Helaian daun berbentuk lanset tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 2,5-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin satu, keluar dari ketiak daun, kecil-kecil, dalam rangkaian berbentuk ulir. Akar tunggang, berwarna putih kotor.
Rasa pahit, sifatnya sejuk, astringen. Herba ini berkhasiat antiradang, peluruh kencing ( diuretic ), pencahar, dan penghenti pendarahan. Nama daerah : ceka mas ( melayu ), lelatang, kucing-kucingan, rumput bolong-bolong ( jawa ), rumput kokosongan ( sunda ). Tie Xian ( cina ), Copperleaf herb ( Inggris ), Acalyphae Herba ( latin ).

Daun, batang, dan akar mengandung saponin dan tanin. Batangnya juga mengandung flavonoida dan daunnya mengandung minyak atsiri. Pada akar, kandungan kimia yang telah teridentifikasi adalah glikosida, saponin dan sterol.
Secara tradisional akar kucing digunakan untuk gangguan pencernaan ( dyspepsi ), susah buang air besar (sembelit ), disentri, mimisan (epistaksis ), muntah darah ( hematemesis ), berak darah ( melena ), kencing darah ( hematuria ) dan malaria.
Beberapa penelitian tentang akar kucing yang sudah dilakukan diantaranya adalah untuk menurunkan asam urat, menurunkan kadar glukosa darah, sebagai neuroterapi dan neuroprotektor.