Akar kucing merupakan gulma yang sangat umum tumbuh liar di
pinggir jalan, maupun di lereng gunung. Herba semusim, tinggi tegak 30-50 cm,
bercabang dengan garis berambut halus. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak
tersebar. Helaian daun berbentuk lanset tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi
bergerigi, panjang 2,5-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk,
berkelamin satu, keluar dari ketiak daun, kecil-kecil, dalam rangkaian
berbentuk ulir. Akar tunggang, berwarna putih kotor.
Rasa pahit, sifatnya sejuk, astringen. Herba ini berkhasiat
antiradang, peluruh kencing ( diuretic ), pencahar, dan penghenti pendarahan.
Nama daerah : ceka mas ( melayu ), lelatang, kucing-kucingan, rumput
bolong-bolong ( jawa ), rumput kokosongan ( sunda ). Tie Xian ( cina ),
Copperleaf herb ( Inggris ), Acalyphae Herba ( latin ).
Daun, batang, dan akar mengandung saponin dan tanin.
Batangnya juga mengandung flavonoida dan daunnya mengandung minyak atsiri. Pada
akar, kandungan kimia yang telah teridentifikasi adalah glikosida, saponin dan
sterol.
Secara tradisional akar kucing digunakan untuk gangguan
pencernaan ( dyspepsi ), susah buang air besar (sembelit ), disentri, mimisan
(epistaksis ), muntah darah ( hematemesis ), berak darah ( melena ), kencing
darah ( hematuria ) dan malaria.
Beberapa penelitian tentang akar kucing yang sudah dilakukan
diantaranya adalah untuk menurunkan asam urat, menurunkan kadar glukosa darah,
sebagai neuroterapi dan neuroprotektor.